Institut Stiami Sukses Adakan Seminar Nasional Social Entrepreneurship


Bekasi – STIAMINEWS – Institut Stiami Kampus Bekasi A dan Bekasi B mengadakan Seminar dengan tema Social Entrepreneurship sebagai Strategi untuk Mensejahterakan Masyarakat” dilaksanakan di Hotel Santika Mega City Bekasi pada Sabtu, 18 November 2017 menghadirkan Keynote Speaker Bpk. Dr. Eko Ananda,  (Staf Khusus Menteri Sosial Republik Indonesia) dan narasumber Bpk.. Hamid Abidin, SS, M.Si (Executive Director Filantropi Indonesia), Bpk. Ir. Zainal Abidin (Direktur Social Entrepreneur Academy Dompet Duafa), dan Bpk. Dr. Ir. Adjie Sapta M.Si (General Manager CSR Toyota/Dosen/Akademisi) dengan moderator Bpk. Dedy Kusna Utama, S.Sos, MA dengan peserta terdiri atas 600 Mahasiswa dan Dosen Institut Stiami serta undangan lainnya. 

Social Entrepreneurship atau yang lebih dikenal dengan Kewirausahaan sosial adalah disipilin ilmu yang menggabungkan antara kecerdasan berbisnis, inovasi, dan tekad untuk maju ke depan. Kewirausahaan sosial diawali dengan keprihatinan terhadap keadaan sosial yang berujung menjadi sebuah model bisnis baru. Kewirausahaan sosial merupakan kombinasi dari semangat besar dalam misi sosial dengan disiplin, inovasi dan keteguhan seperti yang lazim ditemukan di dunia bisnis

Dr. Ir. Panji Hedrarso, MM dalam sambutannya berharap dengan kegiatan ini Mahasiswa Institut Stiami nantinya  mempunyai sikap mental wirausaha demi tujuan-tujuan sosial. dengan menggunakan kemampuan entrepreneurship yang dimiliki untuk melakukan perubahan sosial.  Permasalahan tersebut terutama yang ada pada bidang kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan.

Bpk. Dr. Eko Ananda,  (Staf Khusus Menteri Sosial Republik Indonesia) menyampaikan  bahwa Pemerintahan melalui Kementerian Sosial berupaya meningkatkan kesejahteraan sosial melalui program pengentasan kemiskinan terstruktur dan sistematis. Program tersebut diimplementasikan dengan perlindungan sosial melalui bantuan sosial  yang fokus pada kelompok rentan sejahtera yang tingkat penghasilan terendah.  Saat ini, program perlindungan social dilakukan melalui Program Revolusi Bantuan Sosial yang merupakan integrasi  semua program social yang melalui sistem dengan Kartu Keluarga Sejahtera.  Program ini diapresiasi oleh beberapa lembaga dunia, yang menilai subsidi melalui KIP/ Kartu Indonesia Pintar dan PKH/ Program Keluarga Harapan efektif menekan angka kemiskinan di Indonesia.  Kementerian Sosial Republik Indonesia mengoptimalkan kewirausahaan sosial melalui program kemitraaan     “Public Privat Partnership”.

Filantropi adalah kegiatan atau aktivitas yang terkait dengan kedermawanan, hibah, gotong royong dll. Indonesia menempati urutan ke 2 sebagai negara kedermawan setelah Myanmar. Kegiatan filantropi bukan hanya charity tapi juga sumbangan anti korupsi, pemberdayaan perempuan, sanitasi, dll.  Fenoma Filantropi milenia (generasi kids jaman now), misalkan komunitas dengan hobi dan komunitas berbagi dengan dikemas secara interaktif dengan hiburan contohnya festival  melupakan mantan yaitu menyumbangkan barang-barang pemberian mantan untuk didonasikan, penjelasan dari Bpk. Hamid Abidin, SS, M.Si (Executive Director Filantropi Indonesia)

Sementara pada organisasi perusahaan, Bpk. Dr. Ir. Adjie Sapta M.Si (General Manager CSR Toyota/Dosen/Akademisi) menjelaskan bahwa Toyota merupakan  contoh perusahaan yang terdepan dalam filantropi perusahaan dengan program-program Corporate Social Responsibility/ CSR- nya.  Bentuk kemitraaan melalui penta helix, yakni kemitraaan antara akademisi, bisnis/ perusahaan, pemerintah, komunitas dan media yang berlandaskan Hitozukuri (Develop capable people) dan Monozukuri (Always make better product). Toyota meraih The Most Popular Company in CSR versi Warta Ekonomi, juga The Best Nusantara CSR Award pada tahun 2017, dengan program-program CSR yang meliputi program lingkungan hidup, pendidikan, traffic safety , dan pemberdayaan masyarakat.  Permasalahan yang dihadapi oleh Toyota dalam melaksanakan program-program CSR-nya adalah perbedaan persepsi masyarakat sebagai penerima program dengan tujuan dilakukannya program CSR tersebut.

Nara sumber terakhir yaitu Bpk. Ir. Zainal Abidin (Direktur Social Entrepreneur Academy Dompet Duafa) memberikan gambaran secara umum mengenai Dompet Dhuafa (DD) yang merupakan Lembaga Amil Zakat milik masyarakat, berdiri sejak tahun 1993, yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan dengan mendayagunakan dana Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) serta dana sosial lainnya baik dari individu, kelompok maupun perusahaan. Hasil penelitian PIRAC dan Dompet Dhuafa tahun 2014 mencatat nilai sumbangan perusahaan untuk kegiatan sosial mencapai Rp 12,45 trilyun atau sekitar Rp 1.04 triliun per bulannya.   Selama ini,  kegiatan sosial yang disumbangkan oleh perusahaan meliputi bidang pendidikan (21%), kesehatan (20%), lingkungan (16%) dan pengembangan ekonomi (8%), sebagai bidang program yang banyak didukung dan disumbang oleh perusahaan.  Di luar ketiga bidang program itu, penyantunan/ pelayanan sosial (17%) serta penanganan bencana (9%) juga masih tetap menjadi program favorit filantropi perusahaan.  Bentuk dukungan dan pendekatan yang dilakukan perusahaan mulai berkembang dari pendekatan karitatif mengarah pada pemberdayaan.  Pada lembaga non profit, seperti Dompet Dhuafa, social entrepreneurship sudah dimulai dengan Gerakan Kewirausahaan Sosial untuk Kemakmuran Bangsa.  Melalui Institut Kemandirian, Dompet Dhuafa melakukan program social entrepreneurship dengan menggerakkan pemuda untuk menjadi pionir. (Selvi)