Prabowo Subianto Hadiri Dialog Kebangsaan Aptisi Dengan Tokoh Nasional


Jakarta – STIAMINEWS – Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Pada tanggal 17 April 2017 bertempat di Ballroom Puri Agung Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, menggelar “Dialog Kepemimpinan Bangsa Bermatabat dan Berkeadilan” yang dimulai pada pukul 18.00 WIB. Dialog ini dihadiri banyak Tokoh Nasinoal yang berpengaruh di Indonesia untuk menyampaikan materi salah satunya yaitu Bpk. H. Prabowo Subianto dan juga sekaligus memperkenalkan bukunya yang berjudul “Paradoks Indonesia”. Sebelum penyampaian materi, Bpk. Dr. Taufan Maulamin, SE.Ak, MM selaku Ketua Panitia penyelenggara dan beliau juga merupakan Direktur Pascasarjana Institut STIAMI menyampaikan sambutannya dengan mengucapkan terima kasih atas kehadiran Tokoh-tokoh Nasional dan Aktivis yang datang serta para undangan yang antusias dalam acara ini serta menjelaskan mengenai tujuan dari APTISI menyelenggarakan acara ini yaitu menegaskan bahwa “Akademis tidak tinggal diam untuk berkontribusi terhadap Bangsa dan Negara dan kontribusi tersebut harus diwujudkan dalam satu isi yang dikenal dengan bermartabat”.

Penyampaian Materi pertama oleh Prof. Dr. Mahfud MD selaku Penasehat APTISI, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menilai tidak ada persoalan perbedaan agama di kalangan masyarakat Indonesia saat ini. "Saya melihat di tingkat rakyat tidak ada masalah perbedaan agama”. Mahfud mengatakan persoalan yang belakangan muncul sebenarnya adalah persoalan tentang penegakan hukum dan menilai masyarakat Indonesia merasakan ketidakadilan dalam penegakan hukum di Tanah Air. Mahfud menekankan saat ini tanpa disadari sejatinya proses penguatan ikatan kebangsaan di Indonesia semakin kuat seiring bergulirnya era memilih kepala daerah secara langsung. Dengan kondisi seperti itu, maka tidak ada koalisi dan oposisi partai politik yang permanen di Indonesia.

Mantan Ketua DPR RI Dr. Marzuki Alie menyampaikan penting untuk menghidupkan kembali semangat idealisme di tataran akademis untuk meluruskan peran kampus dalam mengawal politik yang sehat pada setiap segmentasi masyarakat. “Perguruan tinggi jangan membiarkan atau resistensi pada politik. Karena dampaknya kita semua yang merasakan,” ujar Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) ini. Marzuki berharap, agenda tokoh - tokoh akademis bisa dituangkan ke dalam bentuk roadmap kegiatan kebangsaan secara inovatif. Melalui kajian ilmiah terhadap kegiatan politik Indonesia, untuk mewujudkan kepemimpinan yang bertanggung jawab dan berkeadilan serta terciptanya kerukunan antar umat dalam sebuah kesatuan bangsa, Marzuki menilai, kalau kampus menutup diri, maka hanya akan menjadi objek, bukan pelaku dalam sejarah bangsa.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Umum APTISI yaitu Dr. M Budi Djatmiko. Ia mempertanyakan kenapa seolah akademisi tidur dalam kondisi bangsa yang semakin tak menentu ini. “Saya mengundang para akademisi bagaimana merestorasi kehidupan bangsa. Kita harus bergerak,” tandasnya. Dalam kesempatan ini juga , APTISI merancang kajian dan masukan yang nantinya akan disampaikan kepada lembaga DPR/MPR serta Presiden Joko Widodo.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyampaikan bahwa dirinya memang bukanlah merupakan ahli ekonomi, namun dirinya merupakan prajurit militer dan paham Pertahanan Negara serta fungsi utama negara. Prabowo menegaskan bahwa di dalam Pembukaan UUD'45 alinea keempat termaktub tujuan nasional ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam orasinya Prabowo menyatakan, para founders meranca?negara, seluruh rakyat wajib dan berhak membela hingga memunculkan ?konsep Pertahanan Ketahanan Semesta. "Tentara Indonesia berasal dari?rakyat dan membela rakyat, saya yakin TNI tidak akan pernah melawan rakyatnya sendiri. Pertahanan dan Ketahanan negara letak utamanya di dalam kekuatan ekonominya, berbicara Kedaulatan, Pertahanan dan?Kemanan yang dibahas ekonominya," jelasnya di hadapan seluruh undangan. Adapun 'Paradoks Indonesia' buku terbitan Prabowo Subianto itu?berisikan refleksi 'kejanggalan' yang terjadi di Indonesia dengan tinjauan kritis dari sisi ekonomi. (Selvi)